Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah
Sidang Jum’ah Rahimakumullah,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita
memanjatkan rasa syukur kita ke hadirat Allah SWT dengan meningkatkan iman dan takwa
kita kepada-Nya. Kita terus berusaha dan berharap semoga bisa menjadi hamba
Allah yang dapat melaksanakan segala perintah Allah, baik perintah untuk
beribadah kepada-Nya maupun perintah untuk memenuhi amanah kita sebagai
khalifah di muka bumi ini. Di samping itu, semoga kita dapat pula menghindari
segala larangan Allah, baik larangan bermaksiat kepada-Nya maupun larangan
berbuat kezhaliman kepada makhluk-makhluk-Nya sebagai bentuk ketakwaan yang
sebenar-benarnya. Amin.
Jama’ah Jum’ah yang
berbahagia,
Menjadi mukmin tangguh yang rajin beribadah dan
tidak mudah tergelincir oleh godaan setan dan nafsu memang sesuatu yang berat
sekali. Apalagi di zaman sekarang ini, dimana berbagai macam kesenangan dunia
sangat mudah kita dapatkan. Bahkan tanpa dicari pun, kenikmatan-kenikmatan
duniawi itu terus-terusan datang menghampiri kita dalam berbagai bentuknya.
Sebab waktu ibadah kita ternyata telah diganti
oleh kegiatan yang sia-sia tanpa kita sadari. Sebagai contoh, aneka hiburan dan
tontonan di televisi perlahan-lahan menggeser waktu-waktu shalat. Jika kita
perhatikan, waktu-waktu shalat selalu disaingi oleh berbagai tayangan televisi
yang menarik.
Tidak hanya itu, beberapa orang, dengan alasan
berolahraga, entah itu sepakbola atau futsal, rela meninggalkan shalat tanpa
merasa berdosa. Bahkan tidak sedikit yang mengisi waktunya hanya bermain game
online sepanjang hari, atau kegiatan-kegiatan tidak berguna lainnya. Hal ini tentu
saja hal akan sangat merugikan kita di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak. Sebab
kesempatan untuk mengumpulkan bekal pahala sebanyak-banyaknya telah kita
lewatkan begitu saja.
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati
Allah,
Dampak dari malas menjalankan perintah beribadah
akan membawa seseorang berlaku sebaliknya, yakni menjalankan berbagai larangan
Allah, berupa kemaksiatan dan kemungkaran. Orang yang tidak shalat, tidak
memiliki pengendali keimanan. Ia akan berbuat sesuka nafsunya tanpa merasa
takut ancaman siksa Allah. Jika ini yang terjadi, maka sungguh setan telah sukses
menjerumuskan kita menjadi teman-temannya, yakni sebagai penghuni neraka. Na’udzubillah
min dzalik.
Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini,
saya mengingatkan kepada kita semua akan tugas dan tanggung jawab kita di dunia
ini. Umur dan kesempatan yang diberikan Allah hendaknya kita gunakan sesuai
tujuannya. Sehingga muncul kesadaran bagi kita untuk berupaya mengevaluasi arah
hidup kita. Jika arah itu sudah betul, mari kita pertahankan dengan istiqamah
dalam menjalankannya. Adapun jika kita rasa arah itu sudah mulai melenceng,
mari segera kita luruskan kepada arah jalan hidup yang lurus, sesuai tuntunan
Allah dan Rasul-Nya.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Apakah sejatinya tugas dan tanggung jawab manusia
di dunia? Tidak lain kecuali hanyalah untuk beribadah. Allah SWT menjelaskannya
dalam firman-Nya:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. adz-Dzariyat: 56)
Oleh karenanya, orang yang menyadari tugasnya
tersebut tentu akan mengerjakannya dengan penuh rasa syukur dan suka cita. Ia
menyadari hakikat keberadaannya di dunia kemudian menjalankan tugas tersebut
dengan penuh tanggung jawab. Ia kerjakan shalat dengan hati yang riang. Ia
kerjakan puasa, sedekah, zakat, dan berbagai ibadah dan amal saleh lainnya
penuh keikhlasan. Sebab keikhlasan inilah yang dituntut oleh Allah SWT, sesuai
firman-Nya:
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (Qs. al-Bayyinah: 4)
Berbeda dengan orang yang tidak tahu tugasnya di
dunia, mereka akan menjalani hari-harinya tanpa tahu arah dan tujuan. Jika pun
beribadah, mereka akan mengerjakannya dengan malas dan terasa sangat berat.
Allah SWT bahkan menggambarkan keadaan tersebut sebagai ciri-ciri orang
munafik.
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Qs. an-Nisa’: 142)
Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga menjelaskan dalam Qs. at-Taubah: 54:
وَلَا
يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ
كَارِهُونَ
”.... dan mereka tidak mengerjakan sembahyang,
melainkan dengan malas dan tidak tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan.”
Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah,
Sebagian orang bekerja keras membanting tulang
hanya untuk memenuhi kebutuhan fisikal, seperti makan dan minum. Setelah
kebutuhan tersebut terpenuhi, mereka akan beralih mencari kepuasan inderawi
dengan aneka hiburan dan permainan yang menyenangkan. Selain itu, mereka
membutuhkan pengakuan dari sesamanya, dengan cara membangga-banggakan harta
benda maupun pangkat dan status sosial lainnya, berlomba-lomba memiliki harta
benda yang lebih mahal dan lebih canggih, dan seterusnya. Dan manusia tersebut
tidak akan pernah mengalami kepuasan dalam perburuannya mencari kebahagiaan
duniawi.
Hal yang sering terlewatkan oleh para pemburu
kesenangan dunia adalah mereka lupa bahwa kebahagiaan yang mereka cari selama
ini terletak pada diri mereka sendiri, yakni pemenuhan atas kebutuhan ruhani,
kebutuhan spiritual. Jika kebutuhan makan kita penuhi tiga kali sehari, maka
kebutuhan ruhani dan spiritual ini, hendaknya kita penuhi minimal lima kali
sehari, yakni sesuai perintah Allah untuk menjalankan shalat fardhu. Jika kita
rutin memenuhi dua kebutuhan ini secara berimbang, insya’ Allah kebahagiaan
hidup akan kita raih. Dan bukankah ini yang sebenarnya kita cari selama ini?
Kaum muslimin yang
berbahagia,
Hal seperti inilah yang sesungguhnya selama ini
dituntunkan oleh agama kita. Sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan
pengetahuan, Allah sudah memberitahu kita melalui lisan Rasul-Nya yang mulia,
tentang pedoman dan panduan hidup yang akan membawa kita kepada kebahagiaan
yang hakiki dan sejati. Kebahagiaan tersebut tidak lain terwujud dari
implementasi ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Dan hanya dengan bertakwa itulah, jaminan
kebahagiaan sejati akan kita raih. Sedangkan kepuasan dan kesenangan lahiriyah dalam
segala perilaku kemaksiatan dan kemungkaran adalah suatu kebahagiaan yang semu
dan temporer, bahkan merupakan awal dari malapetaka yang berkepanjangan. Dengan
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah secara bersamaan, maka
predikat sebagai pribadi yang bertakwa tentu dapat kita raih.
Orang yang menjalankan perintah Allah, tetapi ia
juga menjalankan larangan Allah, ia belum disebut bertakwa. Misalnya, orang
yang sedekah tetapi niatnya ingin pamer atau menyakiti perasaan penerimanya, orang
pergi haji tetapi niatnya ingin menunjukkan kekayaannya atau hanya ingin
dipanggil haji, dan seterusnya, perilaku-perilaku yang kontradiktif ini belum bisa
disebut ketakwaan.
Demikian juga, orang yang meninggalkan larangan
Allah, tetapi ia juga meninggalkan perintah Allah, ia juga belum disebut
bertakwa. Orang yang merasa sudah bersikap baik dengan sesamanya, sopan santun
kepada tetangganya, tetapi ia tidak mengerjakan shalat, ia tinggalkan puasa, tanpa
ia sadari, sejatinya ia juga sedang bermaksiat kepada Allah. Dan dosa besar
sudah menantinya jika ia tidak segera bertaubat.
Oleh karena itu, jauh-jauh hari Allah sudah
mengingatkan agar kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Allah
SWT berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Qs. Ali Imran: 102)
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah
Jum’ah yang berbahagia,
Sebagai penutup, mari kita berdoa ke hadirat
Allah SWT, semoga kita tetap diberi kekuatan lahir dan batin, terutama dalam mengemban
tugas dan tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah selama kita hidup di
dunia ini, sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin.
Ditulis oleh : abinadine.blogspot.com ~ Official
Anda sedang membaca postingan tentang Tugas dan Tanggung Jawab Manusia di Dunia. Anda boleh mengcopy paste atau menyebarluaskan postingan ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
Post a Comment