Rizki Manusia Sudah Diatur Allah SWT

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita terus berupaya sekuat tenaga meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya, dan hendaknya kita meyakini sepenuhnya bahwa urusan kita di dunia ini sudah ditetapkan atau ditakdirkan oleh Allah.
Dengan meyakini takdir sebagai salah satu rukun iman serta menjadikannya pegangan dalam menapaki kehidupan di dunia ini, insya Allah, kita akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Jama'ah yang Dirahmati Allah
Salah satu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah adalah takdir rizki. Untuk memahami konsep rizki, marilah kita simak kisah yang penuh hikmah mengenai dialog Nabi Sulaiman dengan seekor semut.

Diceritakan, suatu ketika, Nabi Sulaiman termenung. Dilihatnya seekor semut mondar-mandir di tepi laut. Sambil membawa potongan daun, ia naik ke atas tubuh seekor katak, kemudian katak itu membawanya masuk ke dalam laut. Beberapa saat kemudian, si semut muncul ke daratan. Kembali dibawanya potongan daun, naik ke tubuh katak, dan masuk lagi ke dalam laut. Kejadian tersebut terjadi berulangkali hingga Nabi Sulaiman penasaran, “Apa yang sebenarnya dilakukan semut kecil itu?”
Nabi Sulaiman pun bertanya pada si semut. “Wahai semut, aku lihat kau membawa daun, naik ke atas tubuh katak dan masuk ke dalam laut, lalu kau muncul kembali tanpa daun. Kau lakukan itu berulangkali. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?”
Si semut menjawab, “Wahai Nabi Sulaiman, sesungguhnya di dasar laut ada seekor ulat yang terjebak di sela-sela batu karang. Jika keluar dari persembunyiannya, ia takut akan dimakan ikan. Untuk itu, Allah memerintahkan aku dan katak untuk mengantarkan daun hijau segar sebagai makanannya sehari-hari.”
Nabi Sulaiman terhenyak. Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. Hud: 6)

Hadirin Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
Berkaca dari kisah di atas, marilah kita sejenak melepaskan pikiran dan hati kita ke hamparan luas hikmah kehidupan ini. Seekor ulat yang berada di kedalaman laut, hampir mustahil mampu selamat dari sergapan ikan-ikan predatornya. Tetapi Allah menakdirkan keselamatannya, bahkan menjamin rizkinya. Dengan cara yang unik, Allah kirimkan semut dan katak untuk mengantarkan daun hijau segar sebagai makanan ulat sehari-hari.
Pesan apa yang kita bisa dapatkan dari kisah ini? Jika mau merenung, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa. Sesungguhnya Allah sudah menjamin rizki semua ciptaan-Nya, dan memastikan atas berlakunya ketetapan tersebut. Allah SWT menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya, Qs. ar-Rum ayat 40:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ....
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)….”
Ketika sebagian orang tampaknya mulai kehilangan keyakinan atas ketetapan Allah, kisah di atas patut menjadi renungan panjang kita atas pelbagai problem kehidupan di dunia ini. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT berkuasa atas kehidupan dan kematian seluruh makhluk-Nya, dan Dia juga memberikan jaminan atas segala kebutuhan dan rizki mereka.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah
Dalam mencari penghidupan di dunia ini, sebagian manusia terpeleset ke lembah dosa dengan memburu harta yang haram. Hal ini disebabkan karena kurangnya keyakinan atas garansi rizki dari Allah kepada seluruh makhluk-Nya. Padahal Allah telah menyediakan begitu banyak rizki yang halal, tetapi hawa nafsu keduniawian mendorong mereka untuk melanggar larangan-larangan Allah.
Syaikh Abdullah bin Hijazi al-Khalwati, dalam Syarah Hikam mengatakan, ada empat hal yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk menghindari nafsu keduniawian, sehingga kita selamat dari rizki-rizki yang haram maupun syubhat.
Pertama, Shihhatul yaqin,صحة اليقين  yaitu yakin benar akan adanya rizki yang dibagikan oleh Allah SWT. Cobalah ingatkan diri kita ketika ingin melakukan atau mengambil sesuatu yang haram. Ingatlah bahwa tanpa melakukan itupun, Allah SWT akan memberikan rizki-Nya kepada kita. Semua makhluk di bumi ini Allah SWT telah siapkan rizkinya masing-masing. Maka janganlah kita khawatir tidak mendapat bagian atau terlewatkan.
Bukankah cicak yang tidak bersayap itu juga mendapatkan santapannya dari binatang yang bersayap? Apalagi kita manusia, yakinlah Allah pasti akan mencukupi kebutuhan kita, sehingga tidak perlu ada rasa tamak dalam hati atau khawatir tidak mendapatkan rizki.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah
Kedua, Kamalut ta'alluqi birabbil alamin, كمال التعلق برب العالمين menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Janganlah sampai kita menggantungkan diri pada sesama manusia tentang persoalan rizki. Karena hal ini akan menyebabkan kita seperti seorang pengemis, sebab begitu tergantung pada pemberian manusia. Padahal Allah-lah semestinya tempat bergantung semua urusan. Dialah yang membagi rizki atau tidak membagi rizki pada siapa saja yang dikehendaki. Sifat bergantung sepenuhnya kepada Allah inilah yang hendaknya tertanam kuat pada dada setiap muslim.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah
Ketiga, Wujudus sukun ilaihi, وجود السكون اليه merasa tenang dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. Bahwasannya hidup dengan kekayaan atupun kesederhanaan, semuanya dapat diterima dengan lapang dada. Kekurangan merupakan cobaan, kemewahan juga merupakan ujian dari-Nya. Bagaimanapun keadaan kita hidup di dunia ini, mari kita terima dan jalani dengan syukur dan ridha.
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang baik, maka kita berusaha sekuat tenaga mencari rizki sesuai tuntunan Allah, seberapapun hasilnya. Yang penting usaha itu halal dan tidak mengganggu shalat dan ibadah kita kepada Allah. Berdagang, menjadi sopir angkot, menjadi petani, menjadi kuli bangunan, atau profesi apa saja, asalkan halal, insya Allah akan memberikan keberkahan untuk kita dan keluarga. Sesungguhnya keringat yang terkucur itulah tanda kehalalan yang paling otentik.
Keempat, Thuma'ninatul qalbi bihi,طمأنينة القلب به  hati yang merasa tenang ketika ingat bahwa segala yang dimiliki, berapa pun jumlahnya, tidaklah lain kecuali pemberian Allah SWT. Hadirin rahimakumullah, ini adalah persoalan hati.
Sebenarnya, sangat mudah bagi Allah untuk mengabulkan semua keinginan kita. Tetapi karena menurut-Nya itu tidak baik untuk kita, maka digantilah keinginan kita dengan yang lebih baik. Allah lebih mengerti kebutuhan kita dibanding diri kita sendiri. Oleh karenanya, jika kita menyadari semua atas kehendak Allah adalah untuk kebaikan kita, maka insya Allah, kita akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam hidup.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Itulah beberapa langkah dan sikap batin yang dapat kita lakukan agar terhindar dari semangat menuruti nafsu keduniawian sehingga mendapatkan iman yang sempurna atas takdir Allah.
Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita berdoa, semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang bertambah yakin atas takdir dari-Nya, serta kita mampu bersikap ridha atas segala ketetapan-Nya, sehingga kita mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup ini. Amin.

Ditulis oleh : abinadine.blogspot.com ~ Official

Rofiudin Anda sedang membaca postingan tentang Rizki Manusia Sudah Diatur Allah SWT. Anda boleh mengcopy paste atau menyebarluaskan postingan ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Post a Comment