Ngalap
Berkah (Tabarruk):
1.
Berkah Orang Shaleh
2.
Mencium Tangan Kyai
3.
Ziarah Makam Mencari Berkah
1. Berkah
Orang Shaleh
Pertanyaan:
Bolehkah
mencari berkah dari orang shaleh? Benarkah bertentangan dengan Agama? Rudy, Sby
Jawaban:
Berkah
artinya adalah 'bertambahnya nilai kebaikan.' Selama berkah ditujukan meminta
kepada Allah, maka diperbolehkan. Sementara orang shaleh hanya perantara saja.
Berikut ini dalil-dalilnya.
Rasulullah
mencari berkah air wudlu’ umat Islam:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللهِ الْوُضُوءُ مِنْ جَرٍّ جَدِيدٍ مُخَمَّرٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَمْ
مِنَ الْمَطَاهِرِ؟ فَقَالَ لا بَلْ مِنَ الْمَطَاهِرِ إِنَّ دِينَ اللهِ
الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ قَالَ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ g يَبْعَثُ إِلَى الْمَطَاهِرِ فَيُؤْتَى بِالْمَاءِ فَيَشْرَبُهُ
يَرْجُو بَرَكَةَ أَيْدِي الْمُسْلِمِينَ (رواه الطبراني)
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ia bertanya kepada Nabi: Ya
Rasulallah, apakah berwudlu dari wadah baru yang tertutup ataukah dari
tempat-tempat berwudlu’ yang lebih engkau senangi? Rasulullah menjawab: Tidak.
Tapi dari tempat-tempat berwudlu’. Agama Allah adalah yang condong dan mudah.
Ibnu Umar berkata: Kemudian Rasulullah menyuruh seseorang ke tempat-tempat
berwudlu’ dan beliau diberi air wudlu’, kemudian beliau meminumnya. Beliau
mengharap berkah dari tangan-tangan umat Islam” (HR Thabrani dalam al-Kabir No 235, al-Ausath No 806, al-Baihaqi
dalam Syu’ab al-Iman No 2669 dan Abu Nuaim 8/203)
Derajat Hadis adalah ‘Hasan’, berdasarkan penilaian mayoritas
ulama. al-Hafidz al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam
al-Ausath, para perawinya dinilai terpercaya. Dan Abdul Aziz bin Abi Rawad
adalah terpercaya, dinisbatkan kepada golongan Murjiah” (Majma’ az-Zawaid
1/133)
Syaikh Albani pun memasukkan hadis diatas
dalam kitabnya as-Silsilah ash-Shahihah 5/117. Albani berkata: “Abdul Aziz bin
Abi Rawad diperselisihkan oleh ulama, mayoritas menilainya terpercaya. Menurut
saya, pendapat yang unggul adalah dia di level tengah hadis hasan, apalagi ia
diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya. Al-Hafidz (Ibnu Hajar) berkata:
Sangat jujur, kadang salah. al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh al-Thabrani
dalam al-Ausath, para perawinya dinilai terpercaya. Dan Abdul Aziz bin Abi
Rawad adalah terpercaya, dinisbatkan kepada golongan Murjiah”. Saya berkata:
Muslim berhujjah dengannya. Dan faktor dia menjadi murjiah tidaklah
berpengaruh, sebagaimana ditetapkan dalam Mushtalah al-Hadis”.
Dalil
lainnya, diriwayatkan dari Aisyah, bahwa:
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ
عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ g كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ
وَيَنْفُثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا (رواه
البخارى رقم 5016)
"Ketika Rasulullah Saw
sakit beliau membaca Surat
al-Falaq dan an-Nas, beliau lalu meniupnya. Jika semakin parah, maka saya
membacakannya dan saya usap tangan beliau, untuk mengaharap berkahnya" (HR al-Bukhari No 5016)
Diriwayatkan
Asma’ binti Abu Bakar berkata:
قَالَتْ هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ
حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا وَكَانَ النَّبِىُّ g يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا
(رواه ابو داود ومسلم والبخاري في الادب المفرد)
“Jubah ini (pada mulanya) dipegang oleh Aisyah sampai ia
wafat. Setelah wafat saya ambil jubah tersebut. Rasulullah e memakai jubah ini. Kami membasuhnya untuk
orang-orang yang sakit, kami mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut”. (HR. Abu Dawud, Muslim dan al-Bukhari dalam
al-Adab al-Mufrad)
Dari sebuah hadis sahih
ketika Rasulullah Saw memamah kurma yang kemudian diberikan kepada anak yang
baru lahir, Imam Nawawi berkata: "Para ulama sepakat disunahkannya memamah
makanan. Dan dianjurkan yang memamah tadi adalah orang shaleh dan orang-orang
yang diharapkan berkahnya, laki-laki atau wanita" (Syarah Sahih Muslim
14/122)
Ad-Dumairi dalam kitabnya
Hayatul Hayawan al-Kubra (1/100-101) meriwayatkan bahwa Imam Syafii juga
mengambil berkah dari air basuhan jubah Imam Ahmad bin Hanbal. Dan masih banyak dalil tabarruk
lain dari para sahabat maupun para ulama.
2.
Mencium Tangan Kyai
Pertanyaan:
Apakah bersalaman dengan mencium tangan
orang tua, ulama, kyai, ustadz dan sebagainya merupakan sikap ghuluw (berlebihan)
dalam agama? Ranting NU Jepara, Kec. Bubutan, Sby
Jawaban:
Berjabat
tangan adalah sebuah penghormatan sebagaimana sebuah hadis:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ g أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ النَّاسِ قُلُوْبًا
وَهُمْ أَوَّلُ مَنْ حَيَّا بِالْمُصَافَحَةِ (الأوائل للطبراني ج 1 / ص 31)
”Akan datang kepada kalian penduduk Yaman.
Mereka paling halus hatinya dan mereka adalah orang yang pertama kali memberi
hormat dengan bersalaman” (HR Thabrani dalam
al-Awail dari Anas)
Sementara mencium tangan, ulama beda pendapat. Para ulama yang
memperbolehkan berdasarkan banyak riwayat. al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
قَالَ اِبْنُ بَطَّالٍ : الْأَخْذُ
بِالْيَدِ هُوَ مُبَالَغَةُ الْمُصَافَحَةِ وَذَلِكَ مُسْتَحَبٌّ عِنْدَ
الْعُلَمَاءِ، وَإِنَّمَا اِخْتَلَفُوْا فِي تَقْبِيْلِ الْيَدِ فَأَنْكَرَهُ
مَالِكٌ وَأَنْكَرَ مَا رُوِيَ فِيهِ، وَأَجَازَهُ آخَرُوْنَ وَاحْتَجُّوْا بِمَا
رُوِيَ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُمْ لَمَّا رَجَعُوا مِنْ الْغَزْوِ حَيْثُ فَرُّوْا
قَالُوْا نَحْنُ الْفَرَّارُونَ فَقَالَ: بَلْ أَنْتُمْ الْعَكَّارُوْنَ أَنَا
فِئَةُ الْمُؤْمِنِيْنَ، قَالَ فَقَبَّلْنَا يَدَهُ قَالَ وَقَبَّلَ أَبُو
لُبَابَةَ وَكَعْبُ بْنُ مَالِكٍ وَصَاحِبَاهُ يَدَ النَّبِيِّ g حِيْنَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ ذَكَرَهُ الْأَبْهَرِيّ، وَقَبَّلَ
أَبُو عُبَيْدَةَ يَدَ عُمَرَ حِيْنَ قَدِمَ وَقَبَّلَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ يَدَ
ابْنِ عَبَّاسٍ حِيْنَ أَخَذَ اِبْنُ عَبَّاسٍ بِرِكَابِهِ، قَالَ الْأَبْهَرِيّ:
وَإِنَّمَا كَرِهَهَا مَالِكٌ إِذَا كَانَتْ عَلَى وَجْهِ التَّكَبُّرِ
وَالتَّعَظُّمِ، وَأَمَّا إِذَا كَانَتْ عَلَى وَجْهِ الْقُرْبَةِ إِلَى اللهِ
لِدِيْنِهِ أَوْ لِعِلْمِهِ أَوْ لِشَرَفِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ جَائِزٌ (فتح الباري
لابن حجر - ج 18 / ص 1)
”Ibnu
Baththal berkata: Memegang tangan adalah berjabatan tangan dengan erat. Hal ini
adalah sunah menurut para ulama. Mereka berbeda pendapat dalam hal mencium
tangan, Imam Malik mengingkari hal ini
dan riwayat tentang mencium tangan. Ulama yang lain memperbolehkan dengan
hujjah yang diriwayatkan dari Umar ketika umat Islam kabur dari perang mereka
berkata: ’kami telah kabur’. Umar menjawab: ’bukan kabur, tapi kembali ke
kelompok. Saya adalah golongan orang beriman’. Kemudian kami mencium tangan
Umar. Abu Lubabah, Ka’b bin Malik dan kedua temannya mencium tangan Nabi ketika
taubat mereka diterima (HR
al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah). Abu Ubaidah mencium tangan Umar ketika datang
(Diriwayatkan oleh Sufyan dalam al-Jami’). Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibnu
Abbas ketika mengambilkan kendaraannya (Diriwayatkan oleh Thabari dan Ibnu
al-Muqri). al-Abhari berkata: Imam Malik menghukumi makruh jika salaman
tersebut bertujuan sombong. Jika bersalaman ditujukan untuk mendekatkan diri
kepada Allah karena agamanya, ilmunya atau kemuliaannya, maka hal itu boleh” (Fath al-Bari 18/1)
3.
Ziarah Makam Mencari Berkah
Pertanyaan:
Bolehkah berziarah ke makam wali sambil bertawassul dan
mencari berkah? Ahad Dluha, MWC NU Gubeng.
Jawaban:
Inilah yang menjadi kesalahpahaman dari sebagian kecil
umat Islam yang kemudian menghukumi syirik bagi umat Islam yang berziarah ke
makam para ulama dan Auliya’ dengan maksud bertabarruk. Hal yang perlu
diluruskan bahwa umat Islam yang berziarah dengan bertawassul dan bertabarruk
adalah orang Islam yang beriman, yang mengesakan Allah, tidak berdoa dan tidak
mencari berkah kecuali hanya kepada Allah.
Ziarah
yang demikian sudah menjadi amaliyah para ahli hadis, diantaranya:
-
Ziarah
ke Makam Rasulullah Saw
1.
Jawaban dari Imam Ahmad
سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمُسُّ
مِنْبَرَ النَّبِيِّ g وَيَتَبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقَبِّلُهُ وَيَفْعَلُ
بِالْقَبْرِ مِثْلَ ذَلِكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا يُرِيْدُ بِذَلِكَ
التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ (العلل
ومعرفة الرجال لاحمد بن حنبل 2 / 492 رقم 3243)
"Saya
(Abdullah bin Ahmad) bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang memegang
mimbar Nabi Saw, mencari berkah dengan memegangnya dan menciumnya. Ia
juga melakukannya dengan makam Rasulullah seperti diatas dan sebagainya. Ia
lakukan itu untuk mendekatkan dir kepada Allah. Imam Ahmad menjawab: Tidak
apa-apa" (Ahmad bin Hanbal al-'lal wa Ma'rifat al-Rijal
3243)
2. Ahli Hadis ath-Thabrani dan Abu Syaikh (Ibnu Hibban)
قَالَ ابْنُ الْمُقْرِئِ كُنْتُ أَنَا
وَالطَّبَرَانِيُّ وَأَبُوْ الشَّيْخِ بِالْمَدِيْنَةِ فَضَاقَ بِنَا الوَقْتُ
فَوَاصَلْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ فَلَمَّا كَانَ وَقتُ العِشَاءِ حَضَرْتُ الْقَبْرَ
وَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ الْجُوْعَ فَقَالَ لِي الطَّبْرَانِيُّ اِجْلِسْ
فَإِمَّا أَنْ يَكُوْنَ الرِّزْقُ أَوِ الْمَوْتُ فَقُمْتُ أَنَا وَأَبُوْ
الشَّيْخِ فَحَضَرَ اْلبَابَ عَلَوِيٌّ فَفَتَحْنَا لَهُ فَإِذَا مَعَهُ
غُلاَمَانِ بِقَفَّتَيْنِ فِيْهِمَا شَيْءٌ كَثِيْرٌ وَقَالَ اَشَكَوْتُمْ إِلَى
النَّبِيِّ g؟ رَأَيْتُهُ فِي النَّوْمِ فَأَمَرَنِي بِحَمْلِ شَيْءٍ
إِلَيْكُمْ (الحافظ الذهبي في تذكرة الحفاظ 3 / 121 وفي سير أعلام النبلاء 31 / 473 والحافظ ابن الجوزي في الوفا بأحوال
المصطفى 818)
"Ibnu al-Muqri berkata: Saya berada di Madinah bersama
al-Hafidz al-Thabrani dan al-Hafidz Abu al-Syaikh. Waktu kami
sangat sempit hingga kami tidak makan sehari semalam. Setelah waktu Isya' tiba,
saya mendatangi makam Rasulullah, lalu saya berkata: Ya Rasulallah, kami lapar.
Al-Thabrani berkata kepada saya: Duduklah, kita tunggu datangnya rezeki atau
kematian. Saya dan Abu al-Syaikh berdiri, tiba-tiba datang laki-laki Alawi
(keturunan Rasulullah Saw) di depan pintu, lalu kami membukakan pintu. Ternyata
ia membawa dua orang budaknya yang membawa dua keranjang penuh dengan makanan.
Alawi itu berkata: Apakah kalian mengadu kepada Rasulullah Saw? Saya bermimpi
Rasulullah dan menyuruhku membawa makanan untuk kalian"
(Diriwayatkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Huffadz
III/121 dan Siyar A'lam al-Nubala' XXXI/473, dan oleh Ibnu al-Jauzi
dalam al-Wafa' bi Ahwal al-Musthafa 818)
-
Makam Imam Abu Hanifah
عَنْ عَلِيِّ بْنِ مَيْمُوْنٍ قَالَ
سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُوْلُ اِنِّي َلأَتَبَرَّكُ بِأَبِي حَنِيْفَةَ
وَأَجِيْءُ إِلَى قَبْرِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ يَعْنِي زَائِرًا فَإِذَا عُرِضَتْ
لِي حَاجَةٌ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ إِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ
تَعَالَى الْحَاجَةَ عِنْدَهَ فَمَا تَبْعُدُ عَنِّي حَتَّى تُقْضَى (الحافظ
الخطيب البغدادي في تاريخ بغداد 1 / 123 وعبد القادر ابن ابي الوفا في طبقات
الحنفية 2 / 519) أخبار أبي حنيفة للقاضي
الصيمري - (1 / 94) الطبقات السنية في تراجم
الحنفية التقي الغزي - (1 / 46)
"Dari Ali bin Maimun, ia berkata: Saya mendengar Syafi'i
berkata bahwa: Saya mencari berkah dengan mendatangi makam Abu Hanifah setiap
hari. Jika saya memiliki hajat maka saya salat dua rakaat dan
saya mendatangi makam Abu Hanifah. Saya meminta kepada Allah di dekat makam Abu
Hanifah. Tidak lama kemudian hajat saya dikabulkan"
(al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/123 dan Ibnu Abi
Wafa dalam Thabaqat al-Hanafiyah II/519)
-
Makam Yahya bin Yahya
قَالَ الْحَاكِمُ سَمِعْتُ أَبَا عَلِيِّ
النَّيْسَابُوْرِي يَقُوْلُ كُنْتُ فِي غَمٍّ شَدِيْدٍ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ g فِي الْمَنَامِ كَأَنَّهُ يَقُوْلُ لِي صِرْ إِلَى قَبْرِ يَحْيَى
بْنِ يَحْيَى وَاسْتَغْفِرْ وَسَلْ تُقْضَ حَاجَتُكَ فَاَصْبَحْتُ فَفَعَلْتُ
ذَلِكَ فَقُضِيَتْ حَاجَتِي (الحافظ ابن حجر في تهذيب التهذيب 11 / 261 والحافظ
الذهبي في تاريخ الاسلام 1756)
"Al-Hakim
berkata: Saya mendengar Abu Ali al-Naisaburi berkata bahwa saya berada dalam
kesulitan yang sangat berat, kemudian saya bermimpi melihat Rasulullah Saw
seolah beliau berkata kepada saya: Pergilah ke makam Yahya bin Yahya, mintalah
ampunan dan berdolah kepada Allah, maka hajatmu akan dikabulkan. Pagi harinya
saya melakukannya dan hajat saya dikabulkan" (al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Tahdzib
al-Tahdzib XI/261 dan al-Hafidz al-Dzhabi dalam Tarikh al-Islam
1756)
-
Makam Musa
bin Ja'far al-Kadhim
عَنْ عَلِيِّ الْخَلاَّلِ يَقُوْلُ مَا
هَمَّنِي أَمْرٌ فَقَصَدْتُ قَبْرَ مُوْسَى بْنِ جَعْفَرٍ فَتَوَسَّلْتُ بِهِ
اِلاَّ سَهَّلَ اللهُ تَعَالَى لِي مَا أُحِبُّ (تاريخ بغداد للحافظ الخطيب
البغدادي 1 / 120)
"Diriwayatkan dari Ali
al-Khallal (pemuka Madzhab Hanbali), ia berkata: Saya tidak pernah mengalami
masalah lalu saya datang ke makam Musa bin Ja'far dan bertawassul dengannya,
kecuali Allah memudahkan kepada saya hal-hal yang saya inginkan" (al-Hafidz Khatib
al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/120).[]
Ditulis oleh : abinadine.blogspot.com ~ Official
Anda sedang membaca postingan tentang Berkah Orang Shaleh, Mencium Tangan Kyai, Ziarah Makam. Anda boleh mengcopy paste atau menyebarluaskan postingan ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين