Hadirin, jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Mengawali khutbah
ini, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga saat ini kita dapat menunaikan kewajiban kita sebagai kaum muslimin,
yaitu menunaikan jama’ah sholat jum’at di masjid yang mulia ini.
Selanjutnya, saya
berpesan kepada kita semuanya, marilah kita terus meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimpletasikannya melalui kesungguhan kita
dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang
oleh-Nya, serta terus berusaha berlomba-lomba dalam melakukan kebajikan dan
kesalehan. Dengan begitu, hidup kita ini akan terasa lebih bermakna dan sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan hidup, sehingga kebahagiaan di dunia dan akhirat
dapat kita raih. Amin.
Hadirin, jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Hidup ini
sesungguhnya adalah sebagai ujian, apapun posisi dan kondisi kita. Allah
memberikan kepada kita hidup di dunia ini dengan berbagai modal dan fasilitas,
sebagai ujian siapa diantara kita yang paling berprestasi dalam ketakwaan
dan kesalehan. Untuk itu marilah kita berlomba-lomba mengisi hidup kita ini
dengan memperbanyak kebajikan. Allah berfirman :
الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
”Dialah yang menjadikan mati dan
hidup untuk menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk :
2)
وَلَوْ
شَاء اللّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَـكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
آتَاكُم فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ
”Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam kebajikan.” ( QS. Al-Maidah : 48 )
Hadirin, jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Berbuat kebajikan
dapat dilakukan melalui berbagai media dan kesempatan menurut kemampuan dan
kekuatan masing-masing. Bila mampu menyumbangkan pikiran, maka harus
dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat. Bila mampu dengan harta
benda, dapat dibelanjakan di jalan Allah, membangun masjid, madrasah, pondok
pesantren, panti asuhan dan lain sebagainya. Dan jika hanya mampu menyumbangkan
tenaga, maka tenaga itupun hendaknya digunakan untuk kebajikan dan hal-hal yang
bermanfaat. Dengan demikian kita telah
berbuat sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Tentunya setiap
kebaikan yang telah kita lakukan balasan pahalanya akan kembali kepada kita
juga.
Karenanya, jangan
sampai kemampuan dan kesempatan yang kita miliki selama hidup di dunia ini, hanya
kita gunakan untuk tujuan-tujuan jangka pendek, sehingga akan merugikan dan
membuat kita menyesal pada akhirnya nanti. Sebab jika demikian, berarti kita
tidak memiliki bekal untuk mencapai kebahagiaan di kemudian hari.
Oleh sebab itu
tidak ada kata lain, kecuali kita harus terus berusaha dan berlomba-lomba dalam
melakukan kebajikan, agar kita termasuk orang yang beruntung. Allah SWT
berfirman QS. Al-Baqarah ayat 148:
وَلِكُلٍّ
وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ
يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً
”Maka berlomba-lombalah
kamu (dalam berbuat) kebajikan. Dimana saja kamu berada,
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).”
Memperhatikan
ayat tersebut, kita harus bersyukur pada Allah SWT. karena masih diberi
kesempatan untuk beramal saleh, terutama dengan kondisi kita yang masih segar
bugar. Sehingga sangat disayangkan jika kesempatan yang sangat baik ini
terlewat begitu saja tanpa kita lalui dengan memperbanyak kebajikan dan amal
saleh yang sangat kita butuhkan sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan hidup,
utamanya di akhirat kelak.
Hadirin, jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Nabi SAW juga
bersabda menyerukan kepada agar kita berpacu, bersegera, dan berlomba-lomba
melakukan kebajikan dan amal saleh. Beliau bersabda: ”Bersegeralah kamu beramal saleh, karena akan datang (terjadi)
fitnah-fitnah laksana serpihan malam gulita, dimana seseorang pada pagi hari
beriman, namun sore harinya kafir, sore beriman pada pagi harinya kafir, ia rela
menjual agamanya dengan harta benda dunia.”
(HR. Muslim).
Bersegera dalam
beramal saleh sangatlah penting, sebab kita tidak tahu apakah kita masih akan
dapat kesempatan melakukannya. Menunda-nunda berbuat kebajikan sangat tidak
dianjurkan karena tidak ada jaminan bahwa kesempatan mulia itu akan datang dua
kali. Sebab dalam hadits lain, Nabi menjelaskan bahwa iman itu dapat bertambah
dan berkurang. Maka selagi kita masih memiliki iman, maka hendaknya semaksimal
mungkin kita gunakan untuk berbuat kebajikan atau amal saleh.
Dalam hadits di
atas, Rasulullah SAW juga berpesan agar kita juga waspada dalam menjaga
keimanan kita dalam menghadapi berbagai fitnah. Begitu dahsyatnya goncangan fitnah
itu, sampai menyentuh wilayah keimanan, dimana di saat itu digambarkan seorang
mukmin bisa berubah ideologi agamanya dalam sehari, pagi beriman sore kafir,
sore beriman pagi hari menjadi kafir.
Sebab agaknya
guncangan-guncangan itu telah mulai nampak tanda-tandanya dalam kehidupan kita
dewasa ini. Bukankah kita telah mendengar tentang kondisi sementara masyarakat muslim
yang dengan mudahnya berpindah keyakinan hanya karena sekardus mie instan, atau
sekarung beras, atau pengobatan gratis. Atau rela berpindah agama hanya karena
mengikuti calon istri atau calon suami.
Dalam kasus lain,
kita melihat bagaimana keteguhan iman diuji dalam konsistensi beribadah. Apakah
kesibukan bekerja mengalahkan ibadah shalat lima waktu? Apakah beratnya bekerja
di bulan ramadhan menjadi alasan orang meninggalkan ibadah puasa? Apakah terkumpulnya
rizki yang didapat dengan susah payah menjadikan orang merasa berat untuk
berinfaq dan berzakat? Kita melihat betapa mudahnya akidah dikalahkan oleh
materi, dan pelaksanaan ajaran agama tidak lagi menjadi sesuatu yang penting.
Hadirin, jama’ah shalat jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Dalam kondisi
seperti itu, langkah yang harus diambil adalah dengan meneguhkan kembali keimanan
umat Islam, saling mengingatkan agar tetap konsisten dalam beribadah dan
beramal saleh, disertai upaya nyata mengatasi persoalan utama yang menjangkiti
mereka. Dengan demikian, berarti kita telah berbuat kebajikan dengan menjaga
keislaman dan keimanan umat Islam dari godaan-godaan material yang bisa jadi
menggoyahkan saudara kita yang lemah ekonomi serta lemah akidahnya.
Inilah pentingnya
iman, amal saleh, dan pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar, sebagaimana dipesankan
Allah SWT dalam surat Al-Ashr:
وَالْعَصْرِ
﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al- Ashr : 1-3)
Hadirin, jama’ah shalat jum’at yang
dimuliakan Allah SWT.
Setiap muslim
diharapkan mampu melaksanakan pesan dalam surat yang telah difirmankan Allah
tersebut. Kita harus menjadi pelopor untuk mengajak manusia kembali kepada
ajaran agama, agar kita tidak termasuk dalam katagori orang-orang yang merugi.
Dengan bersegera
dan berlomba-lomba melakukan amal saleh, berbuat baik, saling menasihat dalam
kebenaran dan kesabaran, berarti kita ikut mencegah fitnah besar yang
menggoncang umat Islam, bahkan mengancam akidah mereka. Dan itu merupakan andil
yang amat besar bagi kelangsungan kehidupan dan kedamaian serta keselamatan
umat Islam.
Mudah-mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah untuk mengisi sisa-sisa umur kita
ini dengan memperbanyak amal saleh, sehingga kita selalu mendapatkan ridha
Allah, serta berbahagia di dunia dan akhirat. Amin. Ya Rabbal Alamin.
Ditulis oleh : abinadine.blogspot.com ~ Official
Anda sedang membaca postingan tentang Berlomba dalam Kebajikan. Anda boleh mengcopy paste atau menyebarluaskan postingan ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link di bawah ini sebagai sumbernya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
Post a Comment